Monday, November 10, 2008

DuLu AkU....

Dia datang tak diundang, dia menghampiri tak mengetok pintu, sebab itu aku tak perlu repot-repot membukakan pintu untuknya. Karena akupun kali ini dan untuk saat ini merasa bahagia dengan kedatangannya, dia sangat halus dijiwa, menembus ke rongga-rongga hati. Kali ini dia datang kembali, meskipun kusadari dia tak seperti yang dulu pertama kali pernah datang dan akhirnya pulang ke dunianya yang baru.
Tapi yang satu ini, aku tak bisa menjamunya, tak bisa menghormati tamuku ini. Ya, itu, karena dia hanya berwujud bayang-bayang yang tak dapat ditangkap dan diraba.
Tak berani kuungkapkan kata, yah, hanya sekedar untuk menghormati tamu. Tapi, apakah dia merasakan bahwa dia sedang bertamu dirumah hatiku?. Entahlah, yang pasti aku hanya bisa melayanimu dengan perantaraan hati yang sedang menyublim oleh kebekuan sikapmu.
Seakan-akan lirik lagu yang didendangkan Sheila on 7 sedang mengetuk-ngetuk getar hatiku yang masih bertanya-tanya "mungkinkah kau tak pernah tahu, betapa mudahnya kau tuk dikagumi. Mungkinkah kau tak pernah sadar, betapa mudahnya kau tuk dicintai".
Kuakui sekarang aku tak bisa melangkahkan kaki, sekedar tuk mengucapkan kata hati. Aku belum berani, bukan berarti aku pengecut. Tapi aku hanya masih takut apakah kau akan bisa menerima pelayananku, aku masih belum mahir melayani tamu yang satu ini. Aku terlalu banyak mengaca dari tiap jengkal kekuranganku, akhirnya aku mundur teratur walaupun jantungku mendebur penuh sesal.
Juga, aku sering merasionalisasikan perasaan hatiku dengan mengeluh "ah, masih ada di sekitarmu orang yang lebih dari pada aku, aku mesti berpikir rasional, aku mesti mapankan dulu segalanya, sebelum menempuhnya" pada akhirnya aku lebih memilih mengibarkan bendera putih. Padahal aku akui, emosi tak selamanya masuk akal, tapi aku tak mau berpikir pragmatis!!.
Yah, mungkin saat ini aku hanya bisa menjadi "pemuja rahasiamu", untuk saat ini. Sampai aku bisa merealisasikan rasionalku itu, atau sampai aku menyerah melawannya. Satu lagi pertanyaanku untukmu, "apakah kau akan menerimaku jika aku kalah melawan rasionalku itu?", jika jawabanmu "tidak" aku akan katakan pada dunia Apakah masih ada kaum hawa yang berani berkata "pangeranku...tak perlu kau bacakan puisi dari bawah jendelaku, jangan pula kau culik aku dengan kudamu, ataupun kau taburkan mawar disepanjang jalanku. Ketuk saja pintu itu, maka aku akan menerima apa adanya dirimu"
Jika tak ada, aku mungkin hanya bisa berkata:
"Akulah orang yang akan selalu memujamu, akulah orang yang akan selalu menyintaimu" –Sheila on 7-
FANKANO yang terus bertanya-tanya

No comments: