Monday, November 10, 2008

SeKaRanG AkU....

Pedih memang, menghapus semua harapan yang sangat didambakan. Ia datang tak diundang, sehingga dulu aku terpaksa mengadaptasikan diri dengannya, dan ternyata aku bisa beradaptasi meskipun hanya sebuah bayangan. Tapi, sekarang aku tak bisa melayaninya lagi, aku usir dia, meskipun hatiku tersayat.
Maafkan aku, bukan aku tak mau tapi aku tak bisa memberikan apa yang kamu mau. Peluhku sudah membanjiri dan menenggelamkan cita, tubuhku sudah kaku tak berdaya menggapai asa. Sekali lagi, maafkan aku.
Kayaknya, euh.... pasti!, aku sekarang ini hanya ingin merealisasikan rasionalku yang dulu. Yah, yang dulu aku tanyakan padamu, tapi kenapa kamu tak menjawabnya, ada apa denganmu?. Ada apa denganmu?!, ini bukan lirik Paterpan sehingga bisa enak didengar gendang telingamu. Tapi ini luapan kekesalanku, meskipun dia tak berobjek. Bingung memang, kalau kesal tak memiliki objek yang bisa kumarahi, layaknya nasi masuk mulut tapi tersangkut di tenggorokan. Ku tercekat, sakit.
"Cuih", tak sadar memang, aku laki-laki yang mesti tegar menghadapi uji. Meskipun ku akui aku punya hati yang bisa merintih, mengeluh, menangis. Baik, untuk saat ini!, sekali lagi ku ulangi, untuk saat ini aku sudah mengubur keinginanku, citaku dulu menjadi nostalgiaku sekarang.
Ku kan berteriak pada dunia, "hai yang dulu menjadi citaku, dengarkan baik baik prinsip baruku sesuatu yang dicintai tapi belum terealisasi, lebih baik aku benci". Itu, itu prinsip hidupku sekarang, sementara atau selamanya? entahlah, yang pasti dihatiku kini tak ada lagi tempat untukmu, kukarantinakan kau agar tak kembali. Hatiku kini sudah mempunyai alarm khusus anti kamu, meskipun kau mengendap-ngendap sembunyi menghampiri. Alarm itu kan berbunyi dan tak segan mencampakkan kamu.
Tidak! Tidak!, bukannya aku tak bisa bersikap netral pada kegagalan ini. Aku sadar bahwa dunia ini permainan belaka, tapi aku ingin menjadi pemain yang terbaik. Meski saat ini aku kalah dalam permainan ini. Maaf, tak bisa kuhadiahkan piagam itu padamu, aku belum menjadi pemenang.
Tapi, bukan, bukan aku berniat membencimu, dilubuk hatiku yang paling dalam kau masih kuberikan tempat, dan masih kosong. Sekarang ini, aku hanya ingin mengisi kekosongan ini dengan cita lain. Benciku padamu hanya hendak mengalahkan sugestiku dulu, kini sugesti itu telah berganti. Datar, tak berbekas.
"Selamat tinggal, selamat berjumpa kembali kalau memang kau bisa kembali".

FANKANO yang sudah menemukan jawaban

No comments: