Monday, November 10, 2008

Satu yang menentukan

To: Adik-adik yang Aa rindui

Waktu akan terus berjalan tak mengenal siang dan malam, mengejar sisa-sisa umur kita. Tapi, apakah kita hanya akan menjadi seorang pecundang yang gagal memanfaatkan masa hidup? Ataukah kita akan menjadi seorang pemenang yang bisa mengolah hidupnya dalam ketaqwaan. Tentu, di lubuk hati yang paling dalam terus akan berteriak menginginkan ketaqwaan. Tapi, apakah keimanan saja sudah cukup?, “ya” sudah cukup untuk menghantarkan kita ke gerbang surga-Nya yang dihiasi dengan permata. Karena keimanan kita itu berarti “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota tubuh”.
Keislaman kita tidak akan menjadikan kita bebas dari ancaman neraka-Nya, jika kita tidak mengamlakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Di pembahasan kali ini Aa mau membahas tentang satu hal yang dapat menentukan apakah kita ini benar-benar beriman, atau tidak?, apakah kita ini akan selamat dari siksa kubur, ataukah tidak?, apakah kita ini akan selamat dari neraka-Nya yang sangat menyiksa, ataukah tidak?, apakah kita ini akan memasuki surga-Nya dan dapat merasakan nikmatnya memandang Allah SWt, ataukah tidak?. satu hal yang Aa maksudkan disini adalah “SHALAT”.
Nabi pernah bersabda “Satu hal yang paling pertama akan dihisab (diminta pertanggungjawaban) dari diri seorang hamba di hari iamat adalah Shalat, jika (shalat itu) baik maka dia mendapatkan keberuntungan, tapi jika (shalat itu) rusak maka dia mendapatkan kerugian yang nyata”. Atau dalam riwayat Thabrani ditambahkan “....jika (shalat itu) baik maka baikah semua amalannya, dan (shalat itu) rusak maka rusaklah seluruh amalannya” Artinya, shalat kita adalah sebagai ukuran keselamatan atau celakanya kita di akhirat nanti.
Orang sering kali lupa dengan perintah ini, atau mungkin sengaja melupa-lupakan dan mungkin dia tidak takut dengan siksaan Allah yang sangat perih. Allah tidak meminta hamba-Nya untuk menyembah-Nya dengan alasan agar Allah mendapatkan keuntungan, tidak! sekali-kali tidak!, kita menyembah Allah karena kita memang membutuhkan perlindungan dari-Nya, kasih sayang-Nya, ampunan-Nya, dan limpahan rizki-Nya. Kitalah yang membutuhkan, bukannya Alah yang membutuhkan kita. Meskipun kita bermaksiat, tidak shalat, mendurhakai dan menyakiti hati orang tua, tetap ke Maha Agungan Allah tidak akan berkurang, bahkan kita yang nantinya akan merugi.
Amy, Eza dan Deri juga adik-adik semua, pasti tidak akan mau menjadi orang-orang yang rugi di akhirat nanti. Hanya karena alasan malas, pengen menamatkan nonton film, jalan-jalan atau alasan-alasan yang tidak berguna lainnya, kita lantas meninggalkan shalat. Apakah kita tidak malu mendengar kisah Nabi Muhammad Saw yang kakinya memar akibat memperbanyak tahajjud (apalagi shalat fardu), padahal beliau sudah dijamin masuk surga dan beliau yang pertama akan memasuki pintu surga. Kenapa dengan kita?, di duniapun kita tidak dijamin selamat dari bahaya, apalagi di akhirat nanti!.
Ups, ko jadi panas gini, cool... cool man.
Ok pertama Aa akan membahas tentang:
Kedudukan shalat dalam Islam
Shalat memiliki kedudukan yang mana kedudukan ini tidak akan ada yang menggantikannya dalam Islam. Berikut diantara kedudukan shalat dalam Islam:
- Karena shalat adalah tiangnya agama, sebagaimana sabda Rasul: “Kepala (pangkal)nya sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat...” (HR. Tirmidzi dan Ibn Majah). Jika saja ada atap rumah tak bertiang, maka itu suatu kemustahilan, atap itu akan langsung jatuh dan hancur. Begitupun dengan Islam (sebagai atap), dia tidak akan kokoh dan akan jatuh berkeping-keping, jika shalat (sebagai tiangnya) keropos atau bahkan tidak ada tiang.
- Shalat membedakan antara keimanan dan kekufuran, saking pentingnya shalat bagi muslimin, maka Nabi bersabda “Perbedaan antara seseorang dengan seseorang yang kufur dan syirik, adalah dengan shalat(nya)” (HR. Muslim, An Nasa’i, Abu Daud dan yang lainnya). Jadi, jika kita tidak melakukan shalat, maka sama saja dengan orang yang kufur dan syirik kepada Allah Swt. sedangkan kedua amalan ini akan menjauhkan kita dari surga-Nya. Na’udzubillah. Lebih jelas lagi Nabi pernah bersabda “Perjanjian antara kami (Nabi) dengan mereka (Umat Islam) adalah dengan shalat, barang siapa yang meninggalkannya, maka ia telah kufur” (HR. Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibn Majah).
- Shalat adalah amalan yang pertama kali yang akan dihisab, dan ia yang menentukan semua amalan. Haditsnya telah Aa tuliskan di awal.
- Shalat adalah wasiat terakhir Nabi. Ketika ruh Nabi di kerongkongan, beliau berwasiat kepada kaum muslimin “Umatku, umatku: (lakukanlah) shalat”
Hukum meninggalkan shalat
Para ulama fiqih sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan mengingkari wajibnya shalat, maka dia telah kufur dan keluar dari agamanya (murtad), dan halal darahnya (Harus dibunuh). Sebagaimana sabda Nabi “Aku diperintahkan (oleh Allah) untuk membunuh manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, dam (mereka) mengerjakan shalat, membayar zakat. Jika mereka mengerjakannya, maka mereka telah selamat dariku darah dan hartanya, kecuali dalam keadaan dihukum (dipidana) dan perhitungannya dihadapan Allah Azza wa Jalla” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksudnya, orang yang hanya mengucapkan syahadat saja tanpa melakukan shalat, maka dia tetap halal darahnya untuk dibunuh.
Sedangkan orang yang meninggalkan shalat karena perasaan malas, para ulama fiqih berbeda pendapat:
- Ada yang berpendapat; orang yang meninggalkan shalat dengan alasan malas dan ia tidak mengingkari wajibnya shalat, maka dia termasuk orang yang fasiq dan berdosa besar. Tapi ingat!!! banyak ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang orang-orang fasiq, seperti; Allah tidak menyamakan orang-orang yang beriman dengan orang-orang fasiq dalam firman-Nya “Maka apakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasiq?!. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sbagai pahala terhadap apa yang telah merewka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasiq, maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak ke luar daripadanya (dari neraka), mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: ‘Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu dustakan’”. (QS. As Sajdah: 18-20).
Dari ayat ini saja kita sudah merinding, takut, dan ngeri bagaimana Allah terus-terusan menyiksa orang-orang fasiq dalam neraka-Nya, apalagi ditambah dengan ucapan yang menyakitkan “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu dustakan”. Kita tidak melakukan shalat apakah merasa aman dari siksa neraka nanti, ataukah kita sudah tidak yakin dengan adanya siksa neraka?!. Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang menerangkan tentang kedudukan orang-orang fasiq di neraka.
- Sebagian ulama lagi berpendapat; orang yang meninggalkan shalat dengan alasan malas dan ia tidak mengingkari wajibnya shalat, maka dia telah kafir dan keluar dari agama Islam.
Kedua pendapat ini memiliki dalil yang sama-sama kuat, dan Aa tidak bisa menyebutkan dalil dalilnya di pembahasan ini. Disamping dalilnya juga banyak, juga biar tulisan Aa nggak kepanjangan, nanti pada malas bacanya. Pokoknya, yang pasti, orang yang meninggalkan shalat dengan alasan malas, dia berdosa besar dan orang yang berdosa besar dia tidak akan selamat dari api neraka.
Pendidikan Nabi terhadap anak-anak muslim, memiliki metode yang telah diakui keberhasilannya. Termasuk pendidikan beliau dalam masalah shalat, karena shalat merupakan ibadah yang paling menentukan selamat atau celakanya kita, sebab itu beliau mendidik anak-anak tentang shalat sedini mungkin. Sebagaimana sabda beliau: “Ajarkanlah anak-anak kalian shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat ketika telah memasuki umur sepuluh tahun” (HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Khuzaimah) derajat haditsnya Hasan (baik/ dibawah shahih tapi tidak dla’if/lemah).
Amy, Eza dan Deri sekarang sudah melewati umur 10 tahun dan (amy, Eza) sudah menginjak masa baligh, semua amalan akan dicatat dan nanti akan dibalas di akhirat. Dari hadits Nabi tadi, beliau memerintahkan mengajarkan shalat ketika anak berumur 7 tahun, dan memukul anak yg tidak shalat pada umur 10 tahun. Lalu bagaimana dengan anak yang seusia Amy, Eza dan Deri?, telah diterangkan diatas, jika alasan meninggalkan shalat karena mengingkari wajibnya shalat, maka dia halal untuk dibunuh karena dia telah keluar dari agama Islam. Tapi jika karena alasan malas dan alasan yg dibuat-buat lainnya, ulama berbeda pendapat, ada yang memasukannya kepada golongan fasiq dan berdosa besar, dan ada yg mengkafirkannya serta halal untuk dibunuh.
Keuntungan melaksanakan shalat
Tidak diragukan lagi, keuntungan kita melaksanakan shalat akan dirasakan di dunia dan di akhirat. Keuntungan di dunia dan diakhirat kita akan merasakan:
- Hati akan senantiasa tenang, dan hiduppun menjadi riang, karena sudah melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Tapi kalau kita tidak melaksanakannya, maka hati menjadi gundah dan hiduppun menjadi tak teratur dan dihantui rasa bersalah karena dilubuk hatinya yang paling dalam dia merasakan sakit, sesal dan takut nanti di akhirat akan disiksa.
- Dosanya akan dihapus setiap kali melaksanakan shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah “Tidakkah kalian lihat jika terdapat sungai di depan pintu seseorang, lalu dia mandi di sana setiap harinya sebanyak lima kali. Apakah kotorannya masih bersisa (ditubuhnya)?” lalu para sahabat menjawab “tidak akan bersisa sedikitpun kotoran (ditubuhnya)” lanjut Rasul “Begitu juga dengan shalat yang lima waktu, Allah menghapus dosa-dosa karenanya” (HR. Bukhari, Muslim, tirmidzi, An Nasa’i dan Ibn Majah)
- Dia akan dimasukkan ke dalam surga-Nya, jika dia melaksanakan shalat dengan khusyu.
- Dan keuntungan lainnya yg kalo Aa sebutin di sini akan panjang... lanjut ke yg lain aja yah ok?
Sekarang sebelum terlambat
Aa akan menceritakan satu kisah tentang seorang pemuda di Saudi Arabia, (ini kejadian nyata). Pada suatu hari dia sedang naik mobilnya yang mewah, di mobilnya dia stel lagu-lagu yang penuh kemaksiatan. Gaspun ia injak, lalu mobilnya melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi dan akhirnya diapun kecelakaan. Polisi yang melihat pada waktu itu lantas menghampiri, korban dan mengeluarkannya dari mobil naas itu. Wajah pemuda itu sudah berlumuran darah dan kemungkinan besar tidak bisa lagi diselamatkan. Karena polisi itu orang Islam, lalu dia mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah di telinga pemuda tersebut, dengan tujuan agar pemuda itu ikut mengucapkannya. Karena polisi tersebut yakin dengan apa yg disabdakan rasul "Barang siapa yang akhir ucapannya di dunia mengucapkan Lâ Ilâha illallâh (tiada tuhan selain Allah), dia akan masuk surga". Tapi apa yang terjadi, pemuda tersebut bukannya melafalkan kalimat Laa ilaaha illallaah, tapi dia malah mendendangkan lagu penuh kemaksiatan tersebut. Seketika polisi itu terkejut, dan akhirnya pemuda itu meninggal dan akhir ucapannya malah mendendangkan lagu. Na’udzubillah.
Ada kisah lain tentang ratusan korban yang terapung di tengah lautan karena perahunya tenggelam, namanya Abu Umar (orang mesir) ini kejadian waktu bulan haji tahun 2006. waktu itu kapal laut melabuh dari saudi menuju mesir, penumpang disana sekitar 3000 orang. Di pertengahan antara Saudi dan Mesir, kapal mendadak goyang dihantam badai dan perlahan tenggelam. Abu umar waktu itu melihat orang-orang histeris, berteriak, dan tidak lama setelah itu kapalpun tenggelam membawa ribuan penumpangnya. Korban yang selamat waktu itu hanya sekitar 300 orang, termasuk Abu umar. Di waktu tenggelam itulah Abu Umar melihat korban satu persatu tenggelam lalu mengapung, hati Abu Umar tersayat-sayat melihat tangisan seorang anak yg pada akhirnya tenggelam ditelan ombak.
Coba, bayangkan jika saja Amy, Eza, Deri atau Aa, berada di antara dua kejadian itu. Nyawa sudah mendekat dikerongkongan padahal waktu itu baru saja berbuat maksiat atau melakukan dosa atau tidak shalat. Seluruh keindahan dunia, cantiknya wanita, agungnya pangkat dan banyaknya harta, pada waktu itu tidak akan berguna lagi, malah menjadi penyesalan. Bayangkan, jika saja pada waktu itu kita sebagai Abu Umar yang melihat korban satu persatu tenggelam. Atau kita sebagai orang yang tenggelam, maka pada waktu itu kita akan berikrar, berjanji kepada Allah akan berbuat baik, akan melaksanakan shalat, akan menta’ati ibu-bapak, akan bersedekah, akan berjilbab (bagi wanita), tidak akan berbuat maksiat, tidak akan pacaran tidak akan... tidak akan... tidak akan.... dan janji-janji lainnya. Kenapa?, karena kita yakin pada waktu itu kemungkinan hidup sangat sedikit, kita akan mati, padahal amalan baik masih sedikit. Penyesalan dan penyesalan lagi yang terus dirasakan waktu itu.
Salah seorang ulama pernah pernah berkata kepada salah seorang laki-laki, dan pada waktu itu dihadapan keduanya ada orang yang meninggal. Ulama tersebut berkata, “kalaulah Allah menghidupkan kembali orang ini, maka dia akan menjadi orang yang paling shaleh di dunia ini. Karena dia yakin bahwa dia akan mati dan akan dibalas semua perbuatannya”.
Adik-Adikku, mari kita mulai bertaubat menjalani hidup dengan keshalehan, sebelum kematian mendatangi. Ingat!, kematian datangnya tiba-tiba, kita tidak tahu kapan dia datang, apakah dia datang ketika kita sedang melakukan maksiat, sedang durhaka kepada orang tua, sedang tidak melaksanakan shalat, ataukah dia datang ketika seluruh anggota tubuh kita bersujud kepada Allah, tangan kita sedang bersedekah, jiwa raga kita sedang menta’ati orang tua, mulut kita sedang membaca Al qur’an???.

Ya Allah, matikan kami dalam keadaan bertaqwa dan kumpulkan kami di surga-Mu yang penuh keberkahan. Amiin

No comments: