Monday, November 10, 2008

PuSinG AkU....

Cuih!, ingin sekali kumeludahi mukaku sendiri, biar terlihat kotor dan baunya diriku. Agar semua tahu bahwa diriku bukan malaikat yang selalu statis dalam ketaqwaan, malaikat hanya bisa berbuat ta'at meskipun dalam berbagai keadaan; di pasar, diskotik, bioskop. Tapi, aku juga bukanlah setan yang statis dalam kemaksiatan, setan hanya memiliki kepribadian hina dalam setiap keadaan, walaupun dia berada di majlis ta'lim, mesjid, pesantren, sekolah. Aku adalah aku, aku bukan dia, aku diriku yang fleksibel, aku makhluq bermuka dua. Meskipun ku akui sering kali muka setanku yang kutampakkan.
Satu per satu tangga keimanan kunaiki, tapi satu per satu juga tangga keimanan kuturuni. Di saat ku turuni satu anak tangga, ku tak segan menurunkan kaki bahkan meskipun beberapa anak tanggapun kakiku terasa ringan tuk kuturuni. Tapi, ketika anak tangga itu satu saja kunaiki, tiba-tiba jemari kakikupun terasa berat untuk kuangkat. Mengapa?, sebab secara fisik kakiku dan dengusan nafasku begitu mudah tika ku melangkah turun. Tapi, kakiku berat dan dengusan nafasku menderu di saat mesti kunaiki tangga itu.
Betul apa yang dikatakan kekasihku, segumpal darah sangat menentukan fisikku. Ketika ku akan naik, hatiku begitu enggan memotivasiku, tapi ketika kuturun dia seakan bahagia dan terus mendorongku. Yah, sekarang aku baru tahu sebabnya, ilham fujurku kali ini sudah banyak kulayani, sedangkan ilham taqwaku sudah mulai kerontang tak kuberi makan.
Satu per satu ketaqwaanku tergerus hawa nafsu, ilham taqwaku merintih. Duh alangkah beruntungnya aku, sebab rintihannya masih bisa kurasakan, artinya hati kecilku belum mati. Kan kucoba meraba tiap getarannya, meskipun jemariku sering tersayat duri ujian. Oh yah, aku mesti meminta tolong kepada orang-orang yang shaleh agar mereka bisa membantu meraba hatiku ini.
Keterpurukanku semakin memuncak di saat waktu luang menemani, di waktu itupun aku mulai menuai benih-benih kesenangan sesaat. Lalu, dia kali ini sedang berbuah kehancuran, kehinaan, dan kepedihan.
Sudah!, sudah!, aku cape, terpuruk, kerdil, aku..... "Jiwamu, jika tak disibukan dengan ketaqwaan, maka kemaksiatan akan menyibukanmu!" (Imam Asy Syafi'i). Benar, benar, benar!, sebab ku akui hidup itu antara dua pilihan; ketaqwaan atau kemaksiatan, kesedihan atau kesenangan, perjuangan atau kemalasan........ atau, ...atau. Dan, hatiku miris di saat aku mesti berdiri diantara dua pilihan yang sedang berteriak saling berebutan minta dipenuhi. Tapi, aku akan lebih pedih dan penuh sesal di saat pandanganku terkaburkan oleh fatamorgana dunia yang indah dipandang mata, tidak kenyang dimakan hawa nafsu, dan tidak kekal dipandangan Tuhan.
Sering kali hatiku berbisik "Ah, nanti aja solehnya jika sudah pulang ke Indonesia. Sekarang, nikmati saja yang ada". Segera kutersadar, sebab malaikat maut bisa jadi datang padaku di Negri Mesir ini, lalu apakah nanti aku bisa meminta padanya "Tunggu, kasihanilah saya, tunggu sampai saya pulang dulu ke Indonesia"
FANKANO yang terkaburkan

No comments: