Monday, November 10, 2008

Ketika Hidup Menuntut Berpikir Netral

To: Adik-adikku

alhamdulillah Aa aya dina kaayaan sehat wal afiat, meskipun sebagaimana manusia biasa pasti tidak akan lepas dari segala cobaan, dosa dan kemaksiatan. manusia bukanlah malaikat yang hanya bisa berbuat ta'at meskipun dalam berbagai keadaan. walaupun dia (malaikat) dalam diskotik ia tetap shaleh, dalam pintu neraka dia tetap sholeh apalagi di mesjid, dia tetap baik, ia statis dalam kebaikan dan kesucian. manusiapun bukanlah setan yang memiliki kepribadian hina dalam setiap keadaan, walaupun dia (setan) di mesjid, di pengajian dan di pesantren dia tetap dalam kehinaan dan akan berbuat kemaksiatan. dia makhluk statis dalam kehinaan.
tapi, manusia adalah makhluk yang fleksibel bisa berbuat shaleh dan memungkin juga untuk terjerumus dalam kemaksiatan. manusia adalah makhluk yang telah diilhami Allah oleh dua kemungkinan, kemungkinan untuk berbuat taqwa dan kemungkinan untuk berbuat dosa. meskipun dia bukan malaikat, tapi dia bisa lebih tinggi derajatnya dari pada malaikat. kita tahu Nabi Adam As adalah manusia yang Allah tinggikan kedudukannya, sehingga semua makhluq diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepadanya. ini terjadi karena manusia sedang menumbuhkan ketaqwaannya. tapi, manusiapun bisa lebih rendah derajatnya dari pada binatang ternak dan setan jika dia menumbuhkan dan hidup dalam kemaksiatan.
artinya, kedua kemungkinan ini adalah dua ilham yang Allah berikan kepada manusia agar manusia bisa memilihnya. sebab itu, kedua kemungkinan ini bisa saling tarik menarik dalam perjuangan hidup manusia. dosa yang dilakukan manusia menjadi kewajaran jika dosa itu dibarengi tobat, sebagaimana Rasul bersabda "Setiap anak-cucu Adam pembuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang sering bertobat" (HR. Muslim). hadits ini bukan berarti membolehkan manusia untuk berbuat dosa, tetapi hadits ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan lepas dari berbuat dosa, termasuk para Nabi. namun bedanya, kalau Nabi ketika berbuat kesalahan akan langsung ditegur oleh Allah dan dia pasti langsung bertaubat, inilah yang dimaksud dengan ma'shum.
intinya, dari kesemuanya ini mengharuskan manusia agar memandang sesamanya dengan pandangan yang positif, tapi tidak berarti mesti mensucikannya dan memandangnya serba lebih. Juga jangan terlalu berharap kepada manusia, karena manusia memiliki kekurangan. Serta kita jangan terlalu merendahkan manusia, karena manusia adalah makhluk yang diberikan akal agar mereka bisa terhormat.

eh naha jadi ngacapruk kieu J
adik-adikku:
bahtera hidup tidak akan luput dari ombak dan badai. Maka pandai-pandailah untuk mengharunginya. Tapi Aa yakin pada perputaran waktu adik-adikku akan merasa futur, boring alias BeTe. Maka cari orang-orang shaleh yang bisa diminta nasihatnya.
Juga, jangan terlalu memandang hidup mesti serba sempurna, karena hidup itupun sudah tidak sempurna. Boleh, jika cita-cita adik-adikku setinggi langit ataupun bintang, tapi kaki mesti tetap menapak ke bumi. Bersikap realistis dalam menjalaninya merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi, agar ketika cita-cita itu tidak dapat diraih maka adik-adikku tidak akan lantas frustrasi. Apalagi dibarengi dengan keimanan yang kuat, iman bahwa hanya Allah yang memberi rizki, menyetujui, dan berkehendak. Meskipun Aa akui bahwa manusia sering kali memandang kita dari hasil sebuah perjuangan, bukannya seperti Allah yang hanya melihat usaha dan perjuangan dari pada hasil.
Muncul satu pertanyaan, apakah kita mesti tidak memperdulikan pandangan manusia dan lebih mementingkan pandangan Allah terhadap kita? Ataupun sebaliknya. Aa lebih memilih tidak mau menjawab pertanyaan seperti ini, tapi hanya ingin menganjurkan agar jalani saja hidup selayaknya dan hanya ingin mendapat ridla Allah Swt. Karena perjuangan yang hanya berlandaskan ikhlas karena Allah, pasti kita akan terus menjadi pemenang. Kenapa?, karena semua tujuan selain tujuan lillaahi ta'ala, akan menghasilkan kekalahan.
Tujuan hidup karena materi, pasti akan kalah karena materi itu akan musnah. Tujuan hidup karena ingin dipuji manusia, juga akan kalah karena manusia akan mati. Tapi tujuan hidup hanya karena Allah, kita akan selalu menjadi pemenang, karena Allah tidak akan mati rahmatnya, tidak akan berhenti hidayahnya, tidak akan tamat ampunannya. Maka, sungguh hina jika menjadikan Allah sebagai "tuhan"nya yang kedua. Karena dengan sikap menduakan ini akan berimplikasi pada buruknya pandangan kita terhadap orang lain.
karena kita sering ingin dipuji dan dilihat sukses oleh orang lain, maka pandangan kita terhadap orang lainpun akan sering menganggap bahwa orang lain semestinya sukses pula. Seperti guru yang memaksakan pandangannya terhadap semua murid, bahwa mereka mesti seperti gurunya yang sukses. Padahal guru semestinya tahu bahwa murid-muridnya memiliki kekurangan, sehingga guru bisa memperbaiki kekurangannya, bukan hanya menaruh harapan-harapan yang melangit.
Intinya, jangan terlalu berharap pada diri dan pada orang lain, karena ketika harapan itu tidak terlaksana akan membuat sakit hati.
Aa dulu sering kali terbebani oleh permasalahan diri, keluarga dan ummat. Sehingga Aa sering merasa kerdil dan dada terasa terhimpit ketika melihat diri Aa sendiri yang masih belum dewasa, belum shaleh, belum banyak ilmu, belum kaya, dan belum-belum lainnya. Tapi kembali Aa berfikir bahwa Aa ini bukanlah tuhan yang Maha kuasa, dan Aa yakin bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melebihi kemampuan manusia. Maka Aa mulai tenang dengan menjalani hidup selayaknya, tapi bukan berarti tidak memiliki target-target hidup yang telah dipikirkan.
Permasalahan-permasalahan yang sering menghantui Aa itu sekarang mulai ringan, karena Aa tidak mau membebani pundak Aa ini dengan bola dunia yang begitu besarnya. Aa simpan itu bola dunia sesuai dengan tempatnya, dan Aa sadar bahwa Aa hidup di dunia ini bukan sendirian sehingga mesti menyelesaikan hidup sendirian. Aa masih punya Papah-Mamah-Ully-Amy-Ocha-Cicka, punya teman-teman, dan pastinya punya Tuhan yang akan terus mengalirkan rizki, rahmat dan rahim-Nya.
Pernah denger enggak tentang cerita si ember bocor. Ceritanya si ember bocor ini menyesali dirinya yang bocor tidak seperti temen-temennya yang lain yang sempurna dan tidak bocor. Ia mengutuk-ngutuk dirinya dan meratapi kekurangan dirinya "kenapa petani itu membocori diriku, nggak seperti ember-ember lainnya?".. Lalu, pada suatu hari ada seorang petani kembang yang menghampirinya, entah apa yang ada dipikiran si ember ketika dirinya dibawa ke tempat penampungan air dan dikumpulkan dengan ember-ember yang bagus. Hatinya-terus-terusan bertanya "ada apa?', hatinya malah makin kerdil ketika dikumpulkan dengan ember-ember yang tidak bocor, dia iri. Lalu petani itu memilihnya dari ember lainnya dan mengangkatnya serta mengisinya dengan air. Tapi anehnya petani itu menutupi di tempat yang bocor dengan tangannya. Setelah air itu memenuhi si ember bocor, lantas petani membawanya ke kebun mawar, dan melepaskan tangannya dari tempat bocor, lalu terpancar air dari lubang ember bocor itu, sehingga bisa membasahi mawar-mawar yang indah. Setelah kejadian itu, si ember bocor menjadi ember yang paling bersyukur karena sadar bahwa dirinyapun berguna. ember itu memiliki kemanfaatan yang tidak dia ketahui sendiri.
Jadi gitu,…. Segala kekurangan yang Allah berikan kepada kita bukannya untuk menghinakan kita. Tapi dibalik itu ada keagungan penciptaan yang terpendam, kekurangan kita bisa diisi dengan kelebihan orang lain, tapi kitapun memiliki kelebihan, maka kelebihan itu bisa mengisi kekurangan orang lain. Jangan minder, jangan malu jika pada suatu waktu kekurangan kita dilihat orang lain, disamping karena orang lainpun memiliki kekurangan juga, dan juga karena kita belum berusaha menutupi kekurangan kita dengan kelebihan yang dimiliki kita sendiri.

Dulu, ketika Aa menjalani masa remaja, apalagi ketika kelas tiga tsanawiyah. Muncul berbagai kepribadian yang acak, tidak beraturan, badai kemaksiatan telah siap-siap menghantam keimanan. Ami mungkin sekarang sedang merasakannya. Jika saja dulu Aa tidak memiliki papah dan mamah yang soleh dan solehah, dan jika dulu Aa tidak di pesantren, entah apa yang akan terjadi. Terimakasih pah-mah karena diwaktu itu papah dan mamah telah menemani Aa dengan taman keimanan di rumah. Kayaknya, pada waktu remaja Aa merasa dosa begitu banyak dilakukan, sebab pada masa ini adalah masa ingin semua dicoba tanpa memperhatikan aturan agama, sosial dan sekolah.
Baru, ketika Aa mulai kelas 1 mu'alimin Aa mengenal harakah da'wah (pergerakan da'wah), Aa ikutan liqa. Sehingga kemungkinan berjalan dalam keimanan sangat banyak, karena di rumah Aa punya papah dan mamah, dipesantren diajarkan tentang keislaman (meskipun hanya sebatas pengajaran bukan pendidikan), juga di luar rumah dan sekolah Aa ikutan liqa yang mengajar dan mendidik Aa akan arti sebuah keimanan.
Maka, Aa ajak ully dan amy agar masuk liqa, supaya bisa mengisi waktu senggang yang selalu melenakan. Ingat, waktu senggang itu layaknya virus yang bisa menghancurkan semua program di computer. Ia sedikit/kecil, tapi dahsyat. Memang, liqa bukanlah satu-satunya, tapi ini yang telah Aa rasakan sehingga bisa menemani kegamangan Aa. Liqa layaknya pom bensin yang sangat dibutuhkan mobil yang sedang kehabisan bensin, sehingga perjalanan mobil bisa kembali segar dan lancar. Tapi, dengan liqa ini bukan malahan membuat diri tertutup dari lingkungan. Merasa diri menjadi paling shaleh dan paling benar. Tapi menjadi terbuka dari nasihat dan terbuka untuk menasihati orang lain. Menda'wahi orang lain setelah menda'wahi diri.
Jika ngomong-ngomong tentang da'wah, pasti tidak akan lengkap jika diri dan keluarga diperbaiki dulu. Karena akan layaknya orang yang menyuruh orang lain agar membersihkan upil di hidung, padahal dia sendiri keluar lehonya … he ..he, kan lucu. Anu kieu disebut juga dengan ulama su' (ulama jelek). Syaikh Ibn Qayyim pernah berkata "Ulama Su' (jelek) itu adalah mereka yang duduk di depan pintu Surga, mereka menyeru manusia dengan ucapannya. Namun, mereka menyeru manusia menuju neraka dengan perbuatannya". Banyak orang berkata, termasuk Yusril Ihza Mahendra ketika dia ditanya tentang istrinya yang tidak memakai jilbab, ia menjawab "Nabi Muhammadpun pamannya (Abu Thalib) tidak masuk Islam, Nabi Musa anaknya durhaka, Nabi Nuh istrinya durhaka, Nabi Ibrahim ayahnya musyrik. Padahal mereka adalah Nabi Allah. Jadi yang dilihat itu adalah dirinya bukanlah keluarganya".
Jika melihat kata-kata ini Aa sakit hati, kok dia begitu tega mau membiarkan keluarganya menjerit-jerit di neraka, kehausan, kesakitan, sedangkan dianya mau sendiri ke surga (itupun kalo dia masuk surga,tidak ada yang tau urusan satu ini). Aa sebut manusia seperti ini adalah manusia yang tidak punya hati dan tidak tahu diri. Para Nabi yang disebutkan tadi bukannya ingin membiarkan keluarganya tersiksa, tapi karena hidayah hanya datang dari Allah. Namun para Nabi tidak pernah putus asa menda'wahi keluarganya, meskipun hidayah belum juga datang. Jadi yang membedakan antara orang-orang yang beralasan tadi dengan para Nabi adalah, mereka tidak berusaha menda'wahi keluarganya, sedangkan para Rasul terus-terusan berusaha menda'wahi keluarganya. Meskipun hidayah datang dari Allah semata.

Udah ah mungkin segini dulu dari Aa, omat jaga nama baik agama, keluarga dan bangsa. Jangan sampai nama keluarga menjadi terceramar gara-gara dosa kita, apalagi sampai menghalangi gerak da'wah keluarga. Tulisan ini hanya setetes sayang Aa kepada adik-adik, semua ini karena Allah Swt.
Berusahalah selalu demi mengharap ridla Allah, bukannya demi mengharapkan hasil.
Jangan takut menghadapi permasalahan dunia, karena dunia akan ditinggalkan. Jalanilah selayaknya.

Aa yang selalu mencintai adik-adik semua

No comments: